Mengenai Saya

Foto saya
Babahrot, Aceh Barat Daya, Indonesia
Hudep beusare mate beusajan...!!! Facebook.com-Andri_AK

Sabtu, 20 Februari 2010

Manual material handling

Manual material handling (MMH) merupakan sumber utama terjadinya cedera punggung. MMH meliputi mengangkat, menurunkan, membawa, mendorong dan menarik barang.
Sementara itu faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury), adalah arah beban yang akan diangkat dan frekuensi aktivitas pemindahan. Risiko-risiko nyeri tersebut banyak dijumpai pada beberapa industri, antara lain: industri berat, pertambangan, konstruksi / bangunan, pertanian, rumah sakit dan lain-lain. Beberapa perimeter yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Beban yang harus diangkat
2. Perbandingan antara berat badan dan orangnya
3. Jarak horisontal dari beban terhadap orangnya
4. Ukuran beban yang akan diangkat (beban yang berdimensi besar akan mempunyai jarak CG [center of gravity] yang lebih jauh dari tubuh, dan bisa mengganggu jarak pandangannya)

" Faktor Resiko

Beberapa faktor yang berpengaruh dalam hal pemindahan material adalah sebagai berikut, diantaranya:
o Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan operator
o Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator
o Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan benda (mengangkat beban dari lantai lebih sulit daripada beban berada di ketinggian permukaan pinggang)
o Beban puntir pada badan operator selama aktivitas angkat beban
o Stabilitas beban yang akan diangkat
o Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja
o Berbagai macam rintangan yang menghalangi ataupun keterbatasan postur tubuh yang berada pada suatu tempat kerja
o Kondisi kerja yang meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan dan kelicinan lantai
o Frekuensi angkat
o Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba)
o Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting teams)

" Beberapa Pendekatan untuk Mengurangi Resiko (Tips Ergonomi)
Kebutuhan untuk mengangkat secara manual harus benar-benar diteliti secara ergonomis yang akan mengakibatkan adanya standarisasi dalam aktivitas angkat manusia. Standar tersebut tidak hanya meliputi beban, akan tetapi berisi pula tentang ketinggian dan jarak operator terhadap bebann yang akan diangkat. Adapun beberapa penyelesaian secara teknis untuk membantu pemindahan material secara manual adalah sebagi berikut, antara lain:
o Tempatkan semua material sedekat mungkin terhadap operator
o Buatlah suatu ruang kerja yang cukup untuk gerakan dinamis bebas operator
o Hindarkan lantai kerja dari sesuatu yang dapat membuat licin sehingga akan membahayakan operator pada saat perjalanan memindahkan material
o Bebaskan area kerja dari gerakan dan peletakan material yang mengganggu jalur (across) dari operator
o Berikan tanda atau angka pada beban sesuai dengan beratnya
o Aturlah peletakan fasilitas sehingga semakin memudahkan metodologi angkat pada ketinggian permukaan pinggang
o Pindahlah beban yang berat dari mesin ke mesin yang telah dirncang dengan menggunaka roller (ban berjalan)
o Tempatkan benda kerja yang besar pada permukaan yang lebih tinggi dan turunkan dengan bantuan gaya gravitasi
o Desainlah kotak (tempat benda kerja) dengan disertai handel yang ergonomis sehingga mudah pada waktu mengangkat
Selain itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
- Laki-laki dewasa 40 kg
- Wanita dewasa 15-20 kg
- Laki-laki (16-18 tahun) 15-20 kg
- Wanita (16-18 tahun) 12-15 kg

b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi
- Jarak mengangkat beban dikurangi
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metodae ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar
o Punggung kuat dan kekar
o Posisi lengan dekat dengan tubuh
o Mengangkat dengan benar
o Menggunakan berat badan

d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
o Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
o Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan
o Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.

" Hal-hal yang Harus Dihindari

Berikut ini adalah beberapa hal yang harus dihindari ketika melakukan pengangkatan, diantaranya:
o Jangan melakukan pemutaran pada pinggang (twisting) ketika mengangkat.
o Jangan melakukan pengangkatan dengan menggunakan satu tangan.
o Jangan melakukan pengangkatan sambil menjangkau
o Jangan melakukan pengangkatan ketika berada dalam postur yang tidak stabil.
o Jangan memaksakan diri ketika melakukan pengangkatan beban yang berat (pakailah alat bantu atau mintalah bantuan).

" Batasan Beban yang Boleh Diangkat

Pendekatan terhadap batasan dari massa beban yang akan diangkat meliputi :
A. Batasan Legal (legal limitations)
Dalam upaya menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya suatu batasan angkat untuk operator. Adapun variabelnya adalah:
? Pria dibawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg
? Pria usia diantara 16 - 18 tahun, maksimum angkat 18 kg
? Pria usia >18 tahun, tidak ada batasan angkat
? Wanita usia diantara 16 - 18 tahun, maksimum angkat 11 kg
? Wanita usia >18 tahun, maksimum angkat adalah 16 kg
Batasan-batasan ini dapat membantu untuk mengurangi rasa nyeri, ngilu pada tulang belakang bagi para wanita. batasan angkat ini juga akan mengurangi ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi para operator untuk pekerjaan berat.

Selanjutnya pada bulan Desember 1986 Worksafe Australia mengeluarkan lembar kerja untuk pemindahan material yang aman. Adapun dokumen tersebut memberikan batasan angkat ideal sebagai berikut:


Tabel 1. Tindakan yang harus dilakukan sesuai dengan batas angkatnya
(Sumber data: Worksafe Australia, 1986)

LEVEL

BATAS

ANGKAT (Kg)

TINDAKAN

1.

=16

Tidak diperlukan tindakan khusus

2.

16-25

-         Tidak diperlukan alat dalam mengangkat

-         Ditekankan pada metode angkat

3.

25-34

-         Tidak diperlukan alat dalam mengangkat

-         Dipilih job design (rancang ulang terhadap tipe penelitian)

4.

>34

-         Harulah dibantu dengan perlatan mekanis


B. Batasan Biomekanika (biomechanical limitations)

Nilai dari analisis biomekanikal adalah rentang postur atau posisi aktivitas kerja, ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan criteria keselamatan adalah berdasar pada beban tekan pada intervertebral disk. Evan dan Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji tekan pada tulang belakang (spine). Mereka menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh segmen tulnang belakang (spinal) dan yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/bawah segmen tulang. Penelitian Sonoda memperkirakan tekanan antar segmen tulang punggung wanita sekitar 17% lebih rendah dari tekanan pada tulang punggung pria disebabkan perluasan permukaan intervertebral yang lebih sempit.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa ada beberapa hal yang dapat ditinjau dalam penemuan faktor-faktor untuk mekanisme kerusakan tulang belakang. Sementara itu, model-model biomekanika yang bertumpu pada batasan gaya angkat telah dikembangkan dengan cermat dan ditawarkan sebagai salah satu alternatif dalam menganalisis variabel-variabel resiko.
Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan yang drekomendasikan oleh NIOSH, (1981) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 Newton. Batasan gaya angkat normaldiberikan oleh NIOSH dan berdasar gaya tekan sebesar 3500 Newton. Namun demikian batasan ini amatlah bervariasi danbergantung pada: (1) Berat beban (2) Jarak horisontal antara beban dan pekerja.

C. Batasan Fisiologi (physiological limitations)
Metode lain secara fisiologi adalah dengan cara pengukuran langsung terhadap tekanan yang ada dalam perut atau IAP selama aktivitas angkat. Dari sini pula didapat beberapa batasan gaya terhadap kerja manual yang mengakibatkan faktor jarak beban relatif terhadap operatornya. dari sebuah penelitian didapat data bahwa untuk tekanan di dalam perut yang lebih besar dari 100 mm Hgadalah merupakan batas yang berbahaya. Dan dari penelitian tersebut batasan tekanan perut maksimum adalah pada 90 mm Hg..

D. Batasan Psiko-fisik (psycho-physical limitations)
Metode berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda-beda. Metode ini dirangkumkan oleh Snook (dalam Nurmianto, 2004) dan dikatakan bahwa: "Para pekerja memonitor perasaannya masing-masing dan mengatur berat beban sampai menunju kemampuan angkat maksimum."
Ada tiga macam kategori posisi angkat yang didapatkan, yaitu:
1. Dari permukaan lantai ke ketinggian genggaman tangan (knuckle height)
2. Dari ketinggian genggaman tangan ke ketinggian bahu (shoulder height)
3. Dari ketinggian bahu ke maksimum jangkauan tangan vertikal (vertical arm reach)
" Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pekerjaan

Faktor-faktor yang dimaksud di sini adalah frekuensi, titik awal angkatan, jarak angkatan, tipe angkatan (simetri atau tidak simetri), ukuran dan berat jenis barang yang diangkat. Semua faktor tersebut merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan MAWL (Maximum Acceptable Weight of Lift). Faktor-faktor tersebut antara lain:
? Frekuensi
Dari beberapa penelitian, ditemukan bahwa kenaikan frekuensi berpengaruh secara signifikan terhadap beban yang bisa diangkat. Salah satu studi menyatakan bahwa beban yang diangkat turun sekitar 29% bila frekuensi naik dari 1 menjadi 12 angkatan per menit. Pengaruh dari perbedaan frekuensi ini juga lebih besar dari pengaruh perbedaan ukuran barang yang diangkat (Mital, 1984).

? Titik awal angkatan
Faktor lain yang mempengaruhi MAWL adalah titik awal angkatan. MAWL turun bila titik awal angkatan berubah dari lantai ke bahu (Mital, 1984). Dalam rumusan NIOSH 1981 dan 1991 ada vertical factor yang merupakan titik awal angkatan.
? Jarak vertikal
Makin besar jarak vertikal angkatan, makin rendah berat beban yang bisa diangkat (Ciriello and Snook, 1983)
? Tipe angkatan
Dalam rumus NIOSH yang baru yang dikembangkan sejak tahun 1991, tipe angkatan merupakan salah satu variabel yang ada. Tipe angkatan yang dimaksud adalah simetri dan tidak simetrinya angkatan yang dilakukan. Bila suatu angkatan membentuk sudut antara awal angkatan dan akhir angkatan, maka dikatakan bahwa angkatan tersebut adalah jenis asimetri. Makin besar sudut ini, makin kecil pula beban yang bisa diangkat. Dalam banyak penelitian, faktor ini merupakan faktor yang signifikan dalam menentukan MAWL.
? Faktor lain
Faktor lain yang cukup menentukan adalah ukuran dari barang yang diangkat (Ciriello and Snook, 1983) dan berat jenis beban yang diangkat (Mital and Manivasagan, 1983).

? Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pekerja

Faktor-faktor yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah variabel antropometri (ukuran tubuh manusia), kekuatan otot, usia, jenis kelamin, status pekerja (contoh: mahasiswa dan karyawan). Berat badan dan tinggi badan mempunyai pengaruh yang kompleks terhadap resiko cedera dalam MMH (NIOSH, 1981). Berat badan memiliki pengaruh langsung terhadap kebutuhan energi untuk metabolisme pada saat seseorang mengangkat beban (Garg et al., 1978). Orang yang lebih berat cenderung lebih cepat lelah tetapi di lain pihak, orang yang lebih berat bisa lebih kuat kemampuan ototnya. Hubungan positif antara ukuran badan dengan kemampuan mengangkat beban adalah bertambahnya ukuran badan, maka secara umum MAWL juga bertambah. Usia ternyata tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap MAWL. Pengalaman kerja yang lebih banyak dengan bertambahnya usia merupakan kompensasi dari faktor usia itu sendiri.

Jumat, 19 Februari 2010

PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN PROYEK

 

Yang dimaksud dengan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Pengertian keberhasilan ini mungkin bisa ditafsirkan agak berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian yang lebih terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian yang lebih terbatas, terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis suatu investasi. Sedangkan dari pihak pemerintah, atau lembaga nonprofit, pengertian menguntungkan bisa dalam arti yang lebih relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan misalnya, penghematan devisa ataupun penambahan devisa yang diperlukan oleh pemerintah.

Kalau seseorang atau suatu pihak melihat suatu kesempatan usaha, maka timbul pertanyaan, apakah kesempatan tersebut bisa dimanfaatkan secara ekonomis? Apakah kita bisa mendapatkan suatu tingkat keuntungan yang cukup layak dari usaha tersebut? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini yang sebenarnya mendasari dijalankannya studi kelayakan proyek.

Proyek yang diteliti bisa berbentuk proyek raksasa seperti pembangunan proyek listrik tenaga nuklir, sampai dengan proyek sederhana seperti membuka usaha jasa foto copy. Tentu saja semakin besar proyek yang akan dijalankan, semakin luas dampak yang terjadi. Dampak ini bisa berupa dampak ekonomis, bisa juga yang bersifat sosial. Karena itu ada yang melengkapi studi kelayakan ini dengan analisa yang disebut analisa manfaat dan pengorbanan (cost and benefit analysis) termasuk di dalamnya semua manfaat dan pengorbanan sosial (social cost and social benefit). Dengan demikian, pada umumnya suatu studi kelayakan proyek akan menyangkut tiga aspek, yaitu:

1. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi proyek itu sendiri (sering juga disebut sebagai manfaat finansial). Yang berarti apakah proyek itu dipandang cukup menguntungkan apabila dibandingkan dengan risiko proyek tersebut.
2. Manfaat ekonomis proyek tersebut bagi negara tempat proyek itu dilaksanakan (sering juga disebut sebagai manfaat ekonomi nasional). Yang menunjukkan manfaat proyek tersebut bagi ekonomi makro suatu negara.
3. Manfaat sosial proyek tersebut bagi masyarakat sekitar proyek tersebut. Ini merupakan studi yang relatif paling sulit untuk dilakukan.

Semakin sederhana proyek yang akan dilaksanakan, semakin sederhana pula lingkup penelitian yang akan dilakukan. Bahkan banyak proyek-proyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi kelayakan secara formal, tetapi ternyata kemudian terbukti berjalan dengan baik pula.

LEMBAGA-LEMBAGA YANG MEMERLUKAN STUDI KELAYAKAN

Kalau kita amati pembuatan studi kelayakan ternyata sering memenuhi permintaan pihak-pihak yang berbeda. Masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta sudut pandang yang berbeda. Lembaga-lembaga yang memerlukan studi kelayakan adalah:

1. Investor

Pihak yang akan menanamkan dana mereka dalam suatu proyek (sebagai pemilik perusahaan nantinya, atau pemegang saham) akan lebih memperhatikan prospek usaha tersebut. Pengertian prospek di sini ada¬lah tingkat keuntungan yang diharapkan akan diperoleh dari investasi tersebut beserta risiko investasi itu. Ada hubungan yang positif antara tingkat keuntungan ini dengan risiko investasi. Semakin tinggi risiko investasi semakin tinggi juga tingkat keuntungan yang diminta oleh para investor tersebut.

2. Kreditur/Bank

Para kreditur/bank akan lebih memperhatikan segi keamanan dana yang dipinjamkan mereka. Dengan demikian, mereka mengharapkan agar bunga plus angsuran pokok pinjaman bisa dilakukan tepat pada waktunya. Karena itu, mereka sangat memperhatikan pola aliran kas selama jangka waktu pinjaman tersebut. Tentu saja ini tidak berarti me¬reka tidak memperhatikan prospek usaha tersebut. Tetapi perhatian utama mereka adalah pada periode pengembalian pinjaman tersebut. Selama dalam periode tersebut perusahaan memang benar-benar bisa mengembalikan pinjamannya, setelah periode tersebut perkembangan perusahaan/proyek tersebut tidak begitu lagi menjadi perhatian pihak pemberi pinjaman.

3. Pemerintah

Pemerintah terutama lebih berkepentingan dengan manfaat proyek tersebut bagi perekonomian nasional. Apakah proyek tersebut akan membantu menghemat devisa, menambah devisa, atau memperluas kesempatan kerja. Manfaat ini terutama dikaitkan dengan penanggulangan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh negara tersebut. Sebagai misal, apabila saat ini pemerintah sedang menggalakkan ekspor nonmigas, maka proyek-proyek yang akan mengekspor hasil produksinya, dan tidak banyak memakai komponen impor akan lebih disukai oleh pemerintah. Konsekuensinya adalah bahwa perusahaan mungkin lebih mudah mendapat berbagai fasilitas apabila sektor yang digarap memang sedang diprioritaskan oleh pemerintah.

Banyak laporan studi kelayakan yang dibuat berdasarkan permintaan dari pihak kreditur. Nampaknya belum terlalu dirasakan kepentingan membuat studi kelayakan apabila dananya bisa diperoleh dari perusahaan sendiri.

IDENTIFIKASI KESEMPATAN USAHA

Identifikasi kesempatan usaha merupakan fase pertama dalam melakukan studi kelayakan. Umumnya tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi

Pada tahap ini sponsor proyek merasa/melihat adanya kesempatan in¬vestasi yang mungkin menguntungkan. Pengamatan dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut.

2. Perumusan

Merupakan tahap untuk menerjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkret, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar.

3. Penilaian

Melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan, dan perekonomian.

4. Pemilihan

Melakukan pemilihan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai.

5. Implementasi

Menyelesaikan proyek tersebut dengan tetap berpegang pada anggaran.

Tahap pertama, yaitu identifikasi kesempatan berusaha, bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara:

a. Mempelajari impor. Impor menunjukkan bahwa masih ada (sebagian) pasar yang belum bisa dipenuhi dengan produk dalam negeri. Apalagi kalau ternyata impor ini mempunyai kecenderungan yang meningkat, maka bisa diperkirakan masih ada permintaan dari dalam negeri untuk produk/jasa tersebut.
b. Menyelidiki material lokal. Jumlah material yang melimpah, harga yang murah, dan kualitas yang baik dari material yang melimpah tersebut semuanya menunjukkan kemungkinan untuk dieksploitasi lebih lanjut.
c. Mempelajari keterampilan tenaga kerja. Untuk beberapa jenis industri, faktor keterampilan tenaga kerja mungkin sangat menentukan (seperti usaha kerajinan perak, ukir-ukiran kayu, dan sebagainya). Tersedianya tenaga seperti ini mungkin bisa dipakai untuk membuat produk yang sejenis, tetapi tidak sama.
d. Melakukan studi industri. Berbagai kesempatan bisa ditemukan untuk industri yang sedang berkembang.
e. Menerapkan kemajuan teknologi. Perubahan teknologi dari waktu ke waktu memungkinkan investor memanfaatkan sebelum pihak lain menggunakannya. Dengan demikian, investor tersebut akan mempunyai “competitive advantage“ terlebih dahulu. Tentu saja lama-kelamaan “competitive advantage” ini akan berkurang atau hilang kalau tidak dilakukan tindakan apa-apa.
f. Mempelajari hubungan antar-industri. Pertumbuhan suatu industri hampir bisa dipastikan akan menciptakan kesempatan bagi industri lainnya. Identifikasi kesempatan ini dapat dilakukan dengan menganalisa bagaimana input dan output industri tersebut berkaitan.
g. Menilai rencana pembangunan. Rencana pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah, atau proyek-proyek besar akan menciptakan kebutuhan akan produk/jasa yang sebelumnya belum dibuat.
h. Melakukan pengamatan di tempat lain. Pembangunan di negara atau wilayah lain mungkin bisa diterapkan untuk daerah kita.

Tentu saja cara-cara tersebut bisa dipergunakan secara serentak, tidak perlu hanya satu saja. Dengan menggunakan cara-cara tersebut di atas, kita mungkin bisa mendapatkan suatu daftar panjang dari berbagai produk atau jasa yang mungkin bisa dibuat dan ditawarkan kepada pasar.

ASPEK-ASPEK STUDI KELAYAKAN

Untuk melakukan studi kelayakan, terlebih dahulu harus ditentukan aspek-aspek apa yang akan dipelajari. Walaupun belum ada kesepakatan tentang aspek apa saja yang perlu diteliti, tetapi umumnya penelitian akan dilakukan terhadap aspek-aspek pasar, teknis, keuangan, hukum, dan ekonomi negara. Tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam dalam investasi tersebut, maka terkadang juga ditambah studi tentang dampak sosial.

Aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang:

1. Permintaan, baik secara total ataupun diperinci menurut daerah, jenis konsumen, perusahaan besar pemakai. Di sini juga perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut.

2. Penawaran, baik yang berasal dari dalam negeri, maupun juga yang berasal dari impor. Bagaimana perkembangannya di masa lalu dan bagaimana perkiraan di masa yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya, perlu pula diperhatikan,

3. Harga, dilakukan perbandingan dengan barang-barang impor, produksi dalam negeri lainnya. Apakah ada kecenderungan perubahan harga, dan kalau ya, bagaimana polanya.

4. Program pemasaran, mencakup strategi pemasaran yang akan dipergunakan, “marketing mix”. Identifikasi siklus kehidupan produk, pada tahap apa produk yang akan dibuat.

5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai perusahaan.




Aspek teknis dan produksi, menyangkut berbagai pertanyaan penting tentang:

1. Apakah studi dan pengujian pendahuluan pernah dilakukan?
2. Apakah skala produksi yang dipilih sudah optimal?

Apakah luas produksi ini akan meminimumkan biaya produksi rata-rata, ataukah akan memaksimumkan laba? Bagaimana fasilitas untuk ekspansi nantinya? Tentang lokasi, luas tanah, pengaturan fasilitas produksi, dan sebagainya.
3. Apakah proses produksi yang dipilih sudah tepat?
Umumnya terdapat beberapa alternatif proses produksi untuk menghasilkan produk yang sama.
4. Apakah mesin-mesin dan perlengkapan yang dipilih sudah tepat?
Faktor yang diperhatikan adalah tentang umur ekonomis dan fasilitas pelayanan kalau terjadi kerusakan mesin-mesin tersebut.
5. Apakah perlengkapan-perlengkapan tambahan dan pekerjaan-pekerjaan teknis tambahan telah dilakukan?
Faktor-faktor seperti material handling, supply bahan pembantu, kontrol kualitas, dan sebagainya perlu diperhatikan pula.
6. Apakah telah disiapkan tentang kemungkinan penanganan terhadap limbah produksi?
7. Apakah tata letak yang diusulkan dari fasilitas produksi cukup baik?
8. Bagaimana dengan pemilihan lokasi dan “site produksi”?
9. Apakah skedul kerja telah dibuat dengan cukup realistis?
10. Apakah teknologi yang akan dipergunakan bisa diterima dari pandangan sosial?
Dalam pemilihan teknologi yang akan dipergunakan sebaiknya tidak diper¬gunakan teknologi yang sudah usang, atau teknologi yang masih dicoba-coba. Yang pertama akan mengakibatkan perusahan nantinya sulit untuk bersaing, sedangkan yang kedua bisa mengakibatkan kesulitan dalam perawatan fasilitas.

Aspek keuangan mempelajari berbagai faktor penting seperti:

1. Dana yang diperlukan untuk investasi, baik untuk aktiva tetap maupun modal kerja.
2. Sumber-sumber pembelanjaan yang akan dipergunakan. Seberapa banyak dana yang berupa modal sendiri dan berapa banyak yang berupa pinjaman jangka pendek, dan berapa yang jangka panjang.
3. Taksiran penghasilan, biaya, dan rugi/laba pada berbagai tingkat operasi. Termasuk di sini estimasi tentang break event proyek tersebut.
4. Manfaat dan biaya dalam artian finansial, seperti “rate of return on investment”, “net present value”, “internal rate of return”, “profitability index”, dan “payback period”. Estimasi terhadap risiko proyek, risiko dalam artian total, atau kalau mungkin yang hanya sistematis.
Di sini di samping perlu ditaksir rugi/laba proyek tersebut, juga taksiran aliran kas diperlukan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek tersebut.
5. Proyeksi keuangan. Pembuatan neraca yang diproyeksikan dan proyeksi sumber dan penggunaan dana.

Aspek manajemen mempelajari tentang:

1. Manajemen dalam masa pembangunan proyek. Siapa pelaksana proyek tersebut? Bagaimana jadwal penyelesaian proyek tersebut? Siapa yang melakukan studi masing-masing aspek: pemasaran, teknis, dan lain sebagainya?
2. Manajemen dalam operasi. Bentuk organisasi/badan usaha yang dipilih. Struktur organisasi, deskripsi jabatan, dan spesifikasi jabatan. Anggota direksi dan tenaga-tenaga kunci. Jumlah tenaga kerja yang akan digunakan.

Aspek hukum mempelajari tentang:

1. Bentuk badan usaha yang akan dipergunakan.
2. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman.
3. Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan, dan sebagainya.

Aspek ekonomi dan sosial, meliputi penelitian tentang:

1. Pengaruh proyek tersebut terhadap peningkatan penghasilan negara.
2. Pengaruh proyek tersebut terhadap devisa yang bisa dihemat dan yang bisa diperoleh.
3. Penambahan kesempatan kerja.
4. Pemerataan kesempatan kerja.
5. Bagaimana pengaruh proyek tersebut terhadap industri lain?
Sebagai supply bahan bagi industri lain, dan pasar bagi hasil industri lain.
6. Aspek yang bersifat sosial seperti: menjadi semakin ramainya daerah tersebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, dan lain sebagainya.
Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat, tetapi sulit dikuantifikasikan yang bisa disepakati secara bersama. Tetapi manfaat dan pengorbanan tersebut dirasakan ada.

Sebenarnya kesemua aspek tersebut perlu dipelajari, tetapi tergantung pada besar kecilnya dana yang tertanam pada investasi/proyek tersebut, maka banyak sedikitnya aspek yang perlu dipelajari dan kedalaman studi tersebut mungkin berbeda. Untuk proyek-proyek besar, semua aspek tersebut perlu dipelajari secara mendalam, tetapi untuk proyek-proyek yang kecil mungkin tidak semua aspek perlu diteliti. Umumnya aspek sosial ekonomi tidak begitu diperhatikan bagi proyek-proyek kecil.

DATA DAN SUMBER DATA

Dari rencana analisa yang kita buat, kita bisa menentukan data apa saja yang diperlukan, dan dari mana kita bisa memperoleh data tersebut (apakah bisa diperoleh dalam bentuk data sekunder, ataukah harus kita kumpulkan dalam bentuk data primer). Di Indonesia umumnya agak terbatas data yang bisa diperoleh dari sumber sekunder karena belum membudayanya usaha pengumpulan data dari instansi-instansi.

Data yang bisa diperoleh dalam bentuk data sekunder umumnya berasal dari instansi-instansi pemerintah. Data tersebut antara lain berbentuk:

1. Berbagai publikasi yang diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik atau Kantor Statistik Daerah. Seperti misalnya: statistik tentang ekspor, impor, indikator ekonomi, statistical year book of Indonesia, untuk lingkup nasional dan berbagai daerah dalam angka untuk lingkup regional.
2. Publikasi yang dikeluarkan oleh BKPM(D) -Badan Koordinasi Penanaman Modal (Daerah)- seperti kesempatan berusaha yang masih diberi prioritas dan mana yang tidak lagi. Daftar ini sering disebut sebagai Daftar Skala Prioritas.
3. Publikasi yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Umumnya menyangkut ekonomi dan perbankan.
4. Publikasi yang dikeluarkan oleh asosiasi industri.
5. Publikasi yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang bekerja sebagai lembaga penelitian.

Karena masih terbatasnya publikasi-publikasi ini, maka sering pihak yang melakukan studi kelayakan harus mengumpulkan sendiri data primer. Dan ini merupakan salah satu hambatan dalam pembuatan studi kelayakan, karena akan memerlukan waktu yang lebih lama dan juga biaya yang lebih mahal.

LAPORAN STUDI KELAYAKAN

Pada dasarnya setiap laporan studi kelayakan mencakup keseluruhan aspek-aspek dari suatu proyek, disertai dengan lampiran-lampiran yang berupa keterangan tambahan yang memperjelas dan ringkasan dari keseluruhan isi laporan.

Secara sederhana, item yang setidaknya terkandung dalam laporan studi kelayakan adalah sebagai berikut:

1. Ringkasan dan Kesimpulan (Ikhtisar)
2. Latar Belakang Proyek dan Pemrakarsa
3. Aspek Pasar:
o Pasar Potensial
o Pertumbuhan Permintaan dan Proyeksi
o Persaingan
o Market Share
o Kebijaksanaan Pemasaran, Khususnya Kebijaksanaan Saluran Distribusi.
4. Aspek Teknik:
o Lokasi dan Lahan Pabrik
o Luas Produksi
o Lay Out
o Teknologi, Mesin, dan Equipment
o Schedule Kerja
5. Aspek Manajemen:
o Kebutuhan Tenaga Kerja
o Sumber Tenaga Kerja
o Balas Jasa Tenaga Kerja
6. Aspek Finansial:
o Biaya Investasi (Aktiva Tetap dan Modal Kerja)
o Struktur Finansial
o Estimasi Penjualan
o Estimasi Biaya Produksi
o Cash Flow
o Proyeksi Neraca dan Laporan Rugi/Laba
o Kriteria Investasi, termasuk Analisa Break Event Point
o Debt Service Coverage
7. Aspek Ekonomi:
o National Income Benefit
o Penyerapan Tenaga Kerja
o Penambahan Devisa
o Keuntungan Transfer Pengetahuan/Teknologi
8. Kesimpulan dan Saran
o Kesimpulan (Pemrakarsa dan Aspek Proyek)
o Saran (Feasible, Tidak Feasible, Feasible dengan Catatan)
9. Lampiran.


Contoh Lain Garis besar isi laporan studi kelayakan proyek adalah sebagai berikut:

Bab I : Ikhtisar
Bab II : Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
Bab III : Usulan Proyek
Bab IV : Kesimpulan dan Saran
Lampiran.

Masing-masing bab tersebut mengandung isi sebagai berikut:

Bab I. Ikhtisar
1. Nama dan Alamat Perusahaan
2. Pemegang Saham/Pengurus
3. Bidang Usaha yang Sedang Berjalan
4. Bidang Usaha yang Diusulkan
5. Akte Pendirian
6. Izin yang Dimiliki
7. Bank Rekanan
8. Keadaan Perkembangan Perusahaan
9. Modal yang Sudah Disetor
10. Fasilitas Kredit yang Sedang Dinikmati
11. Tambahan Modal yang Diusulkan
12. Jangka Waktu Pengembalian Kredit yang Diusulkan
Bab II. Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
1. Riwayat Perusahaan
2. Perizinan
3. Teknis dan Pemasaran
a. Lokasi Produksi
b. Peralatan
c. Tenaga Kerja
d. Jenis dan Jumlah Produksi
e. Daerah Penjualan
f. Volume Penjualan
4. Manajemen
a. Tenaga Inti
b. Keanggotaan dalam Asosiasi
c. Administrasi Usaha
5. Finansial
a. Neraca
b. Bantuan Kredit yang Sudah Diterima dan Penggunaannya.
Bab III. Usulan Proyek
1. Proyek yang Diusulkan
a. Sifat Investasi (Baru/Perluasan)
b. Jenis Produk Pokok
c. Jenis Produk Sampingan
2. Aspek Hukum
a. Izin Perpanjangan dan Perluasan
b. Lokasi
c. Jaminan
3. Aspek Teknis
a. Sifat proyek
b. Jenis dan Jumlah Produksi
c. Lokasi
d. Bangunan
e. Mesin dan Peralatan
f. Proses Produksi
g. Kapasitas Produksi
h. Bahan Baku
i. Bahan Pembantu
4. Aspek Pemasaran
a. Konsumen
b. Daerah Pemasaran
c. Perusahaan Sejenis
d. Potensi Pemasaran
e. Jumlah dan Harga Penjualan
f. Syarat Pembayaran dan Penjualan
5. Aspek Manajemen
a. Struktur Organisasi
b. Pimpinan Perusahaan
c. Tenaga Kerja
6. Aspek Finansial
a. Kebutuhan Dana
o Modal Tetap
o Modal Kerja
b. Struktur Modal
c. Rencana Penarikan dan Pelunasan Kredit Beserta Bunganya
d. Jaminan Kredit
e. Rencana Pendapatan
f. Perkiraan Harga Pokok Produksi
g. Perkiraan Rugi/Laba
h. Proyeksi Cash Flow
i. Analisis Rasio
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
a. Keadaan Perusahaan Dewasa Ini
b. Usulan Proyek
o Sifat Proyek
o Kesimpulan Per Aspek
2. Saran
a. Feasibilitas
b. Saran Tambahan sebagai Catatan
c. Usulan Jadwal

Kamis, 18 Februari 2010

Menurut Dokter Spesialis Penyakit Dalam ,
berikut adalah dampak buruk formalin bagi tubuh manusia.
  1. Kulit : iritatif,kulit kemerahan,kulit seperti terbakar,alergi kulit
  2. Mata : iritatif,mata merah,dan berair,kebutaan
  3. Hidung : Mimisan
  4. Saluran Pernafasan : iritasi lambung,mual,muntah,mules
  5. Hati : Kerusakan Hati
  6. Paru-paru : radang paru-paru karena zat kimia (pneumonitis)
  7. Saraf : Sakit kepala,lemas,susah tidur,sensitif, sukar konsentrasi,mudah lupa
  8. Ginjal : kerusakan ginjal
  9. Organ Reprodukdi : Kerusakan testis dan ovarium, gangguan menstruasi, sekunder )
Hindari Makan Sembarangan

PENDEKATAN TERHADAP LINGKUNGAN

Banyak pendekatan yang dibuat untuk mengelola lingkungan baik di tingkat perusahaan maupun pemerintah, diantaranya adalah Environmental Management System (EMS). EMS adalah siklus berkelanjutan dari kegiatan perencanaan, implementasi, evaluasi dan peningkatan proses, yang diorganisasi sedemikian sehingga tujuan bisnis perusahaan/pemerintah dan tujuan lingkungan padu dan bersinergi.
• Perencanaan, meliputi identifikasi aspek lingkungan dan penetapan tujuan (goal)
• Implementasi, termasuk pelatihan dan pengendalian operasi;
• Pemeriksaan, termasuk monitoring dan pemeriksaan hasil kerja;
• Evaluasi, termasuk evaluasi kemajuan kerja dan perbaikan sistem.
Penerapan EMS

EMS yang efektif, dibangun pada konsep TQM (Total Quality Management), misalnya pada ISO 9000. Untuk meningkatkan pengelolaan lingkungan, organisasi tidak hanya tahu apa yang terjadi, tetapi juga harus tahu mengapa terjadi. Kebanyakan penerapan EMS (termasuk didalamnya ISO 14001), akan sukses jika :
• didukung oleh manajemen puncak
• fokus pada peningkatan berkelanjutan
• sederhana, fleksibel dan dinamis mengikuti perubahan lingkungan
• cocok dengan budaya organisasi
• kepedulian dan keterlibatan semua pihak
Manfaat EMS

Walaupun penerapan EMS memerlukan biaya dan waktu, namun manfaat yang bisa dipetik diantaranya :
• meningkatkan kinerja lingkungan
• mengurangi/menghilangkan keluhan masyarakat terhadap dampak lingkungan
• mencegah polusi dan melindungi sumber daya alam
• mengurangi resiko
• menarik pelanggan dan pasar baru (yang mensyaratkan EMS)
• menaikkan efisiensi/mengurangi biaya
• meningkatkan moral karyawan
• meningkatkan kesan baik di masyarakat, pemerintah dan investor
• meningkatkan tanggung jawab dan kepedulian karyawan terhadap lingkungan
ISO 14000

ISO (International Organization for Standardization), merupakan organisasi non pemerintah, yang berlokasi di Geneva, Switzerland. ISO memperkenalkan dan mengembangkan standar internasional, seperti seri ISO 9000 dan ISO 14000. ISO 9000 mengenai pengelolaan kualitas (quality management), sedangkan ISO 14000 mengenai pengelolaan lingkungan (environmental management). Aktivitas yang menggunakan standar ISO 14000 menghendaki aktivitas pengurangan dampak merugikan terhadap lingkungan dan peningkatan menerus terhadap kinerja lingkungan.

AMDAL.

AMDAL atau Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Environmental Impact Assessment) merupakan perangkat analisis untuk menilai suatu kegiatan (proposal kegiatan) tidak berdampak merugikan lingkungan, seperti pada kesehatan, flora, fauna, tata guna lahan, ekonomi, budaya dan sosial.

Amdal juga merupakan sebuah proses perencanaan yang digunakan untuk menghitung, memprediksi dan menganalisis dampak nyata dari sebuah proposal (rencana pembangungan) terhadap lingkungan serta untuk menyediakan informasi yang bisa digunakan dalam proses pengambilan keputusan apakah proposal tersebut akan disetujui atau tidak.

Proses AMDAL terdiri dari penyaringan, scoping, pengkajian, mitigasi , pelaporan, peninjauan, pengambilan keputusan , pengawasan dan manajemen dan partisipasi publik.

Rabu, 17 Februari 2010

Injection Molding

Injection Molding...adalah tehnologi yang ditemukan untuk membentuk jenis beragam produk plastics sesuai dengan keinginan kita.

Senin, 15 Februari 2010

Bumi Babahrot

Bumi Babah Rot ABDYA mengukir sejuta impian yang harapan akan menjadi ibukota kecamatan terindah di Kab, ABDYA dengan fenomena Alam yang backgroundnya pertanian dan perkebunan dengan dihiasi oleh kehijauan alam yang tiada tandingan....dengan tujuan & harapan kesejahteran rakyat babahrot dan meningkatnya perekonomian ABDYA pada umumnya.
Cita-cita ini akan terwujud dengan adanya kesadaran masyarakat babahrot dan ABDYA keseluruhan.
Kalau pertanian paling utama kenapa harus adanya pertambangan.......bukankah pertanian dan perkebunan membuat babahrot tambah hijau dan segar.........dan pertambangan akan merusak bumi babahrot itu sendiri......!!!!!

Ummi - Abi



Ni Foto Ummi ma Abi gue
Meuriri Manok Yang Karom Boh Kreng - Meuriri Ureung Yang Balah Guna Ma, Patpat Yang Salah Meuah Talake Peumeuyup Ulee Seumah Bak Teuot.


Profil ANDRI AK

Nama : WANDRI AK
TTL : Lhok Meukek 07-08-1985
Alamat : Babahrot, Aceh Barat Daya (NAD)
Hobi : Mancing dan Olah raga yang penting happy....enjoy
Minat : Berhenti Kerja sebelum Tua

About babahrot

Babahrot, Indonesia is geographically located at
latitude (4.117 degrees) 4° 7' 1"
North of the Equator and longitude
(96.433 degrees) 96° 25' 58" Eas